Sejarah Musik Alternative


-
Sejarah musik alternative memang tidak begitu jelas kapan dimulai dan siapa penggagasnya. Musik alternative tergolong bukan suatu genre besar seperti Blues, Jazz, Rock, ataupun Pop. Maka dari itu, biasanya penggunaan kata alternative digabungkan dengan genre-genre besar, seperti Rock Alternative, Pop alternative, bahkan Punk alternative.
Musik alternative adalah musik yang bebas tanpa batasan-batasan harus aransemen begini, vokal begitu, distorsi begono, dll. Alternative itu sendiri secara harafiah berarti pilihan/ jalan setelah pertama, jadi musik yang tidak bisa dikotak-kotakan ke genre tertentu. Oleh karena itu dinamakanlah musik alternative, karena sebagai alternatif pilihan. Gambarannya, daripada pusing memikirkan suatu musik masuk genre yang mana, lebih baik sebutkan saja itu musik alternative atau secara halus Rock alternative, Pop alternative, ataupun Punk alternative (digabungkan dengan genre besar agar sedikit lebih tergambar acuan musiknya).
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa musik alternative merupakan perpaduan dari Pop, Rock, Jazz (Fusion), yang beatnya tidak keras, tapi tidak lembut juga. Contohnya pada beberapa band berikut ini: REM, Collective Soul, Haven, Life House, Goo goo Dolls, dll.
Salah satu alasan disebut alternative juga karena banyak lagu2nya yg mendobrak struktur circle chord standar yg biasa terdengar di lagu2 pada umumnya. Secara umum, sebuah lagu biasanya lahir dgn mengadopsi struktur circle chord/perputaran chord tertentu yg “umum”. Sedangkan lagu2 alternative ini justru dibuat dengan circle chord yang tidak biasa (coba simak “Smell like ten spirit” nya Nirvana, ato “Plush” nya Stone temple pilot, atau “Daughter” nya Pearl Jam, dll). Chordnya relatif mudah, hanya tidak umum membuat lagu menggunakan circle F# – B – A – D bolak-balik dari intro sampe ending, tapi jadi lagu bagus & ekspresif.
Selain itu, scale yg dipake (baik untuk melodi maupun line vocal) juga kadang nyampur2 “seenaknya”, tanpa mendasarkan secara kuat kepada scale2 umum seperti Classic, Blues, Pentatonic, Arabian, dll. Yg dikedepankan adalah ekspresi & karakter khas dari band/gitaris/penyanyi nya, tanpa terlalu memusingkan kaidah2 yg dianggap wajar. Jadi, emosi & ekspresinya kuat banget.
Sound juga begitu. Mereka mendobrak kemapanan dan kaidah-kaidah bahwa musik bagus harus begini atau begitu. Buat mereka, yg penting terjangkau dgn realita keadaan mereka, dan cenderung tidak mau ribet. Terbayang, rata2 musisi yg mengawalinya memang punya latar belakang jalanan semua. Orang-orang “street style” yang tidak mampu beli alat-alat yg canggih atau branded, tidak terlalu tinggi pendidikan formalnya, dan dianggap “sampah” masyarakat”.
Metode penjualan & distribusi juga ikut menempelkan nama “alternative”, karena sejak jaman awal 90 an ini, kaset & CD bisa diproduksi oleh indie label, alias alternatif lain dari major label.
Terjawab sudah mengapa saat ini, kayaknya hampir semua orang yang “males” band nya disebut band Rock atau Punk atau Pop, maka akan pake nama “Rock Alternative”, Punk Alternative”, atau “Pop Alternative”.
Seiring waktu berjalan, banyak orang malas dgn stereotype “Alternative”, maka muncullah istilah-istilah baru seperti “British”, “Nu punk”, “Nu Metal”, “Garage”, dll.
Wajar jika setiap orang ingin punya nama “beda” agar kelihatan unik. Itu karena bawaan jaman saja. Buktinya, taun ’60 an juga musik-musik kayak Beatles atau the Doors, lagu2 mereka circle chord nya sudah mulai aneh2. Hanya belum populer istilah “alternative” nya, jadi dinamakan “psychedelic rock” atau “pop” atau “new wave”
sumber :   google

0 komentar:

Posting Komentar

 

Catatan Network © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers